Jumat, 18 September 2015

Ayoo Kita Menabung . . .

MARI MENABUNG UNTUK BEKAL AKHIRAT



Kepada Yth :

Kaum Muslimin wal Muslimat yang dirahmati Allah SWT.

Di


T e m p a t

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Sebagaimana telah kita maklumi bersama, Ilmu pengetahuan sungguh demikian luas. Demikian pula dalam ilmu Islam, Ilmu agama Islam sungguh tidak bisa terbatas. Di dalam mempelajari, mengkaji serta menela’ah Ilmu agama Islam sungguh dihadapkan dengan berbagai macam benturan serta rintangan yang luar biasa. Terlebih di zaman sekarang, ajaran Islam terkontaminasi berbagai budaya tradisi baru (istilah bid’ah) yang menjauhkan dari ajaran Ulama. Yang lebih memperihatinkan lagi, di sekitar kita banyak sekali pemahaman Islam yang terkesan akal-akalan yang pada akhirnya Islam mengalami abrasi, pengikisan dari karakter aslinya.
Beralih ke sisi yang lain, bagaimana dengan kesungguhan kita mempersiapkan diri untuk sebuah perjalanan yang PASTI kita alami? Sejauh mana persiapan kita untuk sebuah perjalanan yang 1 hari disana setara dengan 1.000 tahun dunia saat ini? Siapkah bekal kita untuk sebuah perjalanan yang abadi? Tidak lain tidak bukan, ini adalah tentang perjalanan di akhirat setelah kita wafat.
Adalah jawaban setiap kita, bila ditanya “Cintakah kita kepada Allah?”, maka pastilah kita akan menjawab YA. Jika cinta kita itu pasti selain dengan cintanya kepada anak dan istri bersungguh-sungguh mempersiapkan yang terbaik, maka tentu kecintaan kita kepada Allah (seharusnya) akan membuat kita juga bersungguh-sungguh mempersiapkan diri untuk perjalanan abadi ini.
Pertanyaannya, sudahkah kita mempersiapkan bekal terbaik untuk akhirat kita? Sudahkah kita menjadi pribadi yang cukup baik ibadah dan akhlaknya untuk disambut dengan sukacita di akhirat kelak? Sudahkah kita memiliki bekal “tabungan harta” yang cukup untuk kehidupan akhirat kelak?

Wallahu a’lam bishawab.

semoga tulisan biasa ini, bisa bermanfaat . . . Aamiin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.







































Selasa, 06 Januari 2015

Beribadah Dalam Keluarga

Mencari Nafkah Adalah Ibadah
Pernah sahabat Nabi SAW Merungut apabila melihat seorang yang badannya kasar karena kuat bekerja dan berkata: ".. Alangkah baiknya jika dia menggunakan kekuatan tubuhnya itu untuk berjihad pada jalan Allah" Mendengar itu Rasulullah SAW pun bersabda : "Jika dia bekerja mencari nafkah untuk anak-anaknya yang kecil adalah Fi Sabilillah, jika dia bekerja untuk kedua Ibu Bapaknya pun Fi Sabilillah, jika dia bekerja mencari nafkah untuk dirinya sendiri juga termasuk Fi Sabilillah, tetapi jika dia bekerja dengan tujuan menunjuk-nunjuk dan ria, maka itu adalah Fi Sabili syaitan (pada jalan syaitan)".
(HR. Bukhari dan Muslim dan Tirmidzi)